twitter




Part 1

            Malam ini seperti malam-malam sebelumnya, sebelum dipanggil pulang kami berdua masi setia duduk di atas genteng rumahku. Kebiasaan ini sudah berlangsung sangat lama sampai kami sulit untuk meninggalkannya bahkan setelah kami sebesar sekarang ini. Yang kumaksud kami adalah “Aku dan Sahabatku”.
“tumben nyokap ga rewel nelfonin lu suruh pulang” komentarku sambil melihat kearah Bintang. Iya Bintang Beniawan Syahputra adalah sahabatku sejak kecil sampai sekarang dan seterusnya tentunya.
            “gue udah bilang tadi mau semedi mah, jangan di ganggu” jawabnya sambil terus menatap langit. Malam ini bintang bintang tidak sebanyak sebelumnya biasanya malam kami lebih berwarna, tapi ini terlihat sepi. Mungkin karena awan mendung dari sore hari tadi.


Sebuah Luapan Hati 3

Sudah berjalan seminggu dan aku sudah sangat terbiasa dengan semua keadaan ini. Semua keadaan yang pada akhirnya membuatku terjebak di dalam putaran permainan yag di lakukan olehnya. Siapa lagi kalau bukan Kak Arjuna. Aku tidak pernah tau apa maksud dia selama seminggu ini terus-menerus menggangguku dan selama itu juga dia selalu ada seribu cara untuk bisa membuat kita selalu bersama, seperti sekarang ini.

"Nad, memangnya kalo saya mau berdua sama kamu harus dengan cara begini ya?" tanyanya melihatku

Aku tidak menghentikan jariku yang sedang mengetik dan mataku tetap memandang ke monitor laptop tanpa ada niat untuk melihat kearah lelaki yang duduk di sampingku sama sekali. Yang benar saja, yang mau bertemu kan dia ! Aku sih mana ada niat bertemu dengan dia.

"cara gimana maksudnya?" tanyaku

"ya kaya gini, di perpus sambil ngerjain tugas, di caffe sambil ngoreksi laporan, di caffe sambil ngeliatin kamu kerja, di caffe ngerjain laporan" ucapnya menjelaskan


Sebuah Luapan Hati 2

Sudah dua jam aku duduk di perpustakaan mengoreksi laporan-laporan anak semester II, rasanya aku mau tidur saja di rumah jika tidak ada laporan ini. Aku sangat ingin mengoreksi di rumah semua laporan ini, tapi jika itu aku lakukan maka aku hanya akan membuat tugasku terbengakalai, banyak godaan di rumah itu terutama kasur.

"udah jam 15:39, laporan pun sudah selesai aku bisa meminjam satu buku sebagai referensi mata kuliah besok lalu pulang ! Untung hari ini aku gak kerja" ucapku bernafas lega.

Aku mengitari tiap rak perpustakaan mencari buku yang aku butuhkan untuk mata kuliah besok, tapi sepertinya mencari buku itu cukup sulit. Entah jumlahnya yang sedikit dan sudah di pinjam oleh orang lain, atau memang tidak ada? Aku pun belum tau. Melihat mata kuliah itu adalah mata kuliah wajib, tidak mungkin jika buku itu tidak ada. Pasti jumlahnya yang terbatas sehingga susah untuk mencarinya.


Sebuah Luapan Hati 1

Aku sudah berdiri dari 30 menit yang lalu, menanti sebuah Bus yang akan mengantarku menuju kampusku. Sudah ada dua Bus yang lewat tapi semuanya terlalu penuh, aku harus duduk setidaknya, agar penampilanku tidak seberapa buruk, dan sepertinya sekarang waktu yang tepat.

Sebuah Bus sudah berhenti di hadapanku, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini tentunya, aku langsung melompat ke dalam Bus dan...

Bingoo !!!
Aku mendapatkan tempat duduk. Setiap hari seperti ini, mencoba hidup mandiri, kuliah dari hasil beasiswa, berpakaian seadanya, bekerja setelah pulang kuliah, semua harus aku lakukan. Awalnya tidak seperti ini, semua menjadi seperti ini setelah Papah bangkrut.

Tak perlu aku ceritakan hal memalukan itu, yang kalian harus tau semua pasti akan melalui masa-masa sulit. Anggap saja, aku sekarang sedang melewati masa-masa itu dan mencoba untuk bangkit, aku yakin suatu saat posisi ini akan berlalu dan aku akan berputar menjadi roda yang di atas.


Siang itu aku keluar dari kelas kedokteran, selesai sudah jam kuliahku pada hari ini. Ku keluarkan handphone dari tas-ku.

‘’mau telfon siapa?’’ tanya sahabatku.

Aku tidak menjawab, aku hanya tersenyum dan dia paham arti senyumanku. Ku geser layar di hp ku dan menaruhnya di telinga

‘’dimana?’’ tanyaku dari sini

‘’katanya mau jemput’’ ucapku, terbesit kekecewaan dari dalam hatiku, karena ini bukan yang pertama dia begini

‘’yasudah’’ ucapku lagi dan menutup telfon.

Sahabatku memandang ke arahku, aku tau apa yang akan dia tanyakan.