Sebuah Luapan Hati 3
Sudah berjalan seminggu dan aku sudah sangat terbiasa dengan semua keadaan ini. Semua keadaan yang pada akhirnya membuatku terjebak di dalam putaran permainan yag di lakukan olehnya. Siapa lagi kalau bukan Kak Arjuna. Aku tidak pernah tau apa maksud dia selama seminggu ini terus-menerus menggangguku dan selama itu juga dia selalu ada seribu cara untuk bisa membuat kita selalu bersama, seperti sekarang ini.
"Nad, memangnya kalo saya mau berdua sama kamu harus dengan cara begini ya?" tanyanya melihatku
Aku tidak menghentikan jariku yang sedang mengetik dan mataku tetap memandang ke monitor laptop tanpa ada niat untuk melihat kearah lelaki yang duduk di sampingku sama sekali. Yang benar saja, yang mau bertemu kan dia ! Aku sih mana ada niat bertemu dengan dia.
"cara gimana maksudnya?" tanyaku
"ya kaya gini, di perpus sambil ngerjain tugas, di caffe sambil ngoreksi laporan, di caffe sambil ngeliatin kamu kerja, di caffe ngerjain laporan" ucapnya menjelaskan
"ya itu kewajiban yang harus di jalanin, trus mau gimana lagi?" tanyaku tetap melihat monitor laptop
"Setiap waktu bareng kamu itu harus ada sesuatu yang menguntungkan ya? memangnya kamu gak pernah ada niat buat bahagia dengan hangout dan sebagainya? kamu itu cantik, saya tau kamu itu sebenarnya populer bahkan bia lebih populer dibanding Anggia kalau kamu mau lebih bergaya" jelasnya panjang lebar
Aku menghentikan aktifitasku dan melihat kepada lelaki di sampingku ini "bukanya kehidupan itu harus begitu ya? Setiap kegiatan yang kita lakukan harus ada manfaatnya, lagian yang selama ini mau ketemu itukan kakak, saya sih gak pernah kan minta ketemu?" jawabku kesal
" iya sih, justru karena kamu gak tertarik sama saya makanya saya deketin kamu terus" ucapnya
"kak, saya itu udah puluhan kali ketemu cowo berwajah ganteng kaya kakak, saya tertarik kok kalian ganteng masa iya saya gak tertarik ! Tapi, saya gak berminat untuk melewati batas dari kata tertarik itu sendiri, karena ada banyak tuntutan yang membuat saya gak pernah mau berfikir lagi tentang apa itu hangout ataupun pacaran" jelasku
"kamu tau gak, waktu pertama kita ketemu di caffe tempat kamu kerja. Waktu itu sayadenger semua yang kamu omongin ke Citra pendapat kamu tentang saya" ucapnya
"tapi dia kelewat sempuran Cit, gue gak minat sama cowo beda alam gitu,
keliatan dia kaya dari lahir dan sampe sekarang jadi susah lah buat
ngajak dia memandang luas dunia, mungkin dia bisa berkata bijak tapi
belum tentu ketika dia melewatinya dia bakal begitu. Cowo kaya gitu
terlalu bahaya, pasti banyak yang suka ya walaupun belum tentu dia juga
suka sama gue, pokoknya banyak pertimbangan deh"
Aku mengingat kembali perkataanku sekitar tiga minggu yang lalu tentangnya, aku mengangguk "saya gak salah pendapat kan?" tanyaku memastikan
"enggak, justru pendapat kamu itu hampir bener semua tapi saya gak setuju kamu bilang saya bahaya" protesnya
"yang bahaya itu cewe-cewe yang suka sama kakak, mereka itu anarkis apalagi Anggia. Saya ngurus Anggia aja udah capek apalagi ditambah yang lainnya" jelasku
"ya kalo kamu capek ngurusin dia, kamu lawan lah ! kamu ungkapin kalo kamu gak suka sama tingkah dia yang semena-mena ke kamu" sarannya
"entahlah, saya gak yakin kalo harus begitu" jawabku
"gunung merapi pun bisa memuntahkan lavanya, awanpun bisa menangis mengeluarkan rintik hujannya, laut yang indah juga akan berubah menjadi ombak besar ketika dia memang harus seperti itu, apalagi seorang manusia yang mempunyai perasaan, terkadang mereka pun perlu meluapkan segala keluh kesahnya" ucapnya
Aku tidak tau harus menjawab apa, aku pun masih merenungkan ucapannya. Aku tidak mau melawan mereka, karena aku tau jika itu dilakukan hanya akan membuat dia semakin berulah. Ah, sudahlah lagi pula hari ini kehidupan sedikit lebih tenang sebaiknya tidak perlu aku permasalhkan untuk sekarang.
"Nadia sayang..." sapa Citra yang sekarang muncul di hadapanku "eh, ada kak Juna juga, lagi ngapain kalian hayo???" goda Citra
"lagi nemenin tuan putri ngerjain laporan nih, kencan klasik" jawab Kak Juna nyengir. Aku terbengong mendengar ucapannya dia tertawa melihat ekspresiku yang memang susah di gambarkan.
"aciyeee, romantisnya" puji Citra
"yaudah, saya duluan ke kelas dulu ya.." pamitnya padaku, aku hanya mengangguk
"duluan ya Cit" pamitnya pada Citra
"okeyyy kak" jawab Citra, Citra memperhatikan kepergian kak Juna sampai dia menghilang di balik pintu
"lo mau berdiri terus disitu !" tegurku
"hehe.." citra nyengir dan langsung duduk di sampingku "Nad, demi apa dia itu ganteng banget loh ! Kurang apa coba??? ganteng, tinggi gituh, pinter, kaya, deuhhh kalo gue sih ya... Gak akan gue tolak !!!" komentarnya semangat
"gih lo yang jadian aja" sahutku sambil kembali berkutat dengan laptopku
"dia kan sukanya sama lo" ucap Citra
"Cit, lo tau gak yang pertama kali lo kenalin gue ke kak Juna di caffe tempat kerja gue?" tanyaku mengingatkan
Citra berfikir sejenak ".. Iya, inget gue.. Kenapa??" tanyanya mulai penasaran
"dia denger semua omongan gue tentang dia ternyata, tadi dia ngomong'' aduku
"demi apa??? trus .. trus reaksi dia gimana?? marah ? kesel ? sempet cekcok gitu dong tadi? lo tau kan komentar lo itu mengandung pandangan negatif semua" Citra bereaksi seperti biasa, berlebihan !
"justru reaksi dia sebaliknya Cit, dia membenarkan ucapan gue dan ada beberapa hal lah yang dia protes" jawabku
"lah???" Citra terlihat bingung
"bener kan apa kata gue, dia itu berbahaya" ucapku semangat karena berhasil memberikan bukti akan argumenku selama ini
"mungkin aja dia emang gak sensitif Nad, lagian itukan bukan masalah bsar juga nad" Citra masih seperti biasa tak mau kalah. Lebih baik aku mengakhiri pembicaraan ini dan kembali pada laporanku. Citra bertanya akan laporan yang aku kerjakan, tapi otakku bukan fokus kesitu lagi.
Aku masih tak menyangka ekspresi itu, reaksi itu ! Entah aku yang membesar-besarkan tapi aku benar-benar merasa akan ada hal buruk jika aku terus berhubungan dengannya. Aku harus mencari cara agar lepas dari permainannya.
*****
"assalamulaikum, aku pulang" ucapku memberi salam masuk ke dalam rumah
"kak, daebak !!!!" sambut adik perempuanku yang sekarang sudah duduk di bangku kls 2 SMA, dia sangat gemar drama korea sehigga terkadang dia membawa kosakata ringan ke dalam percakapan sehari-hari. Walaupun kami sudah jatuh miskin dari 4 tahun yang lalu tapi gaya anak satu ini masih belum berubah, masih terlihat banyak gaya.
"orang ngucapin salam itu di jawab.." tegurku
"hehe waalaikumsalam, kak ini bener-bener luar biasa'' ulangnya lagi
"apa?" tanyaku sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil air putih
"usaha Papah kak, usaha Papah masuk artikel media online" ucapnya girang, aku sejenak menghentikan gelas yang sudah di depan mulutku sedetik kemudian aku melanjutkan keinginanku untuk minum.
"kamu yakin itu usaha Papah?" tanyaku memastikan setelah selesai minum
"yakin lah kak, orang foto papah di pajang gitu, masa iya Safira bohong" jawabnya "sini kak, kakak harus ikut berbahagia di ruang keluarga, semua lagi disitu" tambahnya sambil menarik-narik tanganku
"Fira, gak usah tarik-tarik kakak bisa jalan sendiri" kometarku, tapi dia tetap menarikku sampai ke tempat yang dia ingin. Aku melihat Mamah sedang melipat pakaian dan Papah bersama Danis adik laki-lakiku sedang membuka laptop.
"loh kamu udah pulang?" tanya mamah "udah makan belum? di tudung ada lauk, sayuran ada di panci" ucap Mamah memberitauku
"iya, nanti aku makan mah" jawabku "mah, emang bener usaha furniture papah masuk artikel media online?" tanyaku
"iya Nad, keren kan ! ini gue sama papah lagi baca artikelnya" jawab Ardaniswara adik laki-lakiku yang sekarang kelas 3 SMA, anak satu ini sudah tumbuh menjadi seorang laki-laki tampan yang banyak di gandrungi para wanita. Dan dari dulu seperti inilah gaya bahasanya, memanggilku dengan sebutan nama dan gue-lo. Padahal sudah sering dia di marahi mamah akan kebiasaannya itu tapi dia bilang dengan panggilan itu dia merasa lebih akrab dengaku, yah aku sih memang tidak terlalu mempermasalhkan hal itu.
"kamu itu bicara yang sopan sama kakak sediri" tegur Papah
"Pah, memangnya gapapa bisnis furniture lagi?" tanyaku khawatir, pasalnya usaha papah yang bangkrut itu adalah usaha yang sama seperti sekarang. Dari awal Papah mau memulai usaha ini aku sebenarnya sudah tidak setuju, aku takut hal buruk akan terjadi lagi.
"Gapapa lah, lagi pula jatuh bangun dalam bisnis itu biasa dan keahlian Papah ya dibiidang ini, jadi kenapa harus di sia-siakan" jawab Papah
"lagian ya Nad, karyawan kita juga sekarang harus di tambah di toko belum lagi Papah mau buka dua cabang lagi di Surabaya sama Jojga" sahut Danis bangga
"yah wajar aja sih, Papah udah merintis dari nol lagi sejak 4 tahun yang lalu kan jadi ya cahaya terang perlahan juga pasti bakal muncul" komentarku
"Oenni !! Oenni jeongmal seongsug" ucap Safira memelukku
"wuah, apalagi itu artinya?" tanya Danis, Papah dan Mamah tertawa mendengar Safira berbicara ala-ala korea. Mereka selalu tertawa lebih tepatnya setiap hal ini terjadi.
"biar kakak tebak, artinya itu pasti : Kakak, kakak kamu sangat dewasa, bener gak??'' tanyaku tersenyum
"omoo, daebak !!! kok tau sih kak?" tanyanya takjub
Aku tertawa sambil melihat Mamah, Papah dan Danis "emm, aku baca buku kosakata kamu dan nonton sedikit drama biasmu itu" jawabku
"jeongmal? jadi, ada yang kecantol gak kak bias nya???" tanyanya tersenyum penuh arti
"emm, kakak suka Chanyeol EXO" jawabku
"Horeee !!!" teriaknya girang "selera kak Nadia benar-benar hebat kak, kita satu selera, pokonya kalo kakak berniat tau info apapun tetang Chan, tentang EXO, kakak bisa konsultasi ke aku" tawarnya semangat
"yah, sayangnya kakak banyak laporan yang harus di koreksi" tolakku sok sedih
"tuh Fira, kamu tuh contoh kakak mu itu, dari SMA langsung mulai kerja bantu Papah Mamah, kuliah dari beasiswa, beli apa-apa pake uang sendiri, pinter jadi asisten dosen" tegur Papahku
"adikku juga pinter kok, pinter ngehayalin Bias nya" kometarku sambil memeluknya
"dia bener-bener kakakku tercintaa" jawab Safira
Kami semua tertawa, sampai handphone ku berbunyi aku pamit untuk ke kamar mengangkat telfon.
"jangan lupa makan" pesan Mamah, aku mengangguk dan berjalan masuk ke kamar sambil mengangkat telfon
"kenapa Cit?" tanyaku sambil merebahkan diri di kasur
"gue liat artikel usaha Bokap lo, selamat ya Nad" ucapnya girang dari ujung telfon sana
"haha, makasih Cit, tapi gak tau deh gue masi bingung takut kejadian lagi hal buruk itu" ucapku ragu
"enggaklah, satu kejadian bikin kita belajar Nad, pokoknya jangan ragus, gue selalu support lo, yaudah istirahat, byeee cantk" jawab Citra
"haha makasih Cit, byee" sahutku lalu sambungan telfon terputus
Aku memejamkan mataku, aku harap apa yang semua orang bilang benar. Aku harap ini adalah awal yang baik untuk mulai beranjak ke atas secara perlahan.
"Nadia sayang..." sapa Citra yang sekarang muncul di hadapanku "eh, ada kak Juna juga, lagi ngapain kalian hayo???" goda Citra
"lagi nemenin tuan putri ngerjain laporan nih, kencan klasik" jawab Kak Juna nyengir. Aku terbengong mendengar ucapannya dia tertawa melihat ekspresiku yang memang susah di gambarkan.
"aciyeee, romantisnya" puji Citra
"yaudah, saya duluan ke kelas dulu ya.." pamitnya padaku, aku hanya mengangguk
"duluan ya Cit" pamitnya pada Citra
"okeyyy kak" jawab Citra, Citra memperhatikan kepergian kak Juna sampai dia menghilang di balik pintu
"lo mau berdiri terus disitu !" tegurku
"hehe.." citra nyengir dan langsung duduk di sampingku "Nad, demi apa dia itu ganteng banget loh ! Kurang apa coba??? ganteng, tinggi gituh, pinter, kaya, deuhhh kalo gue sih ya... Gak akan gue tolak !!!" komentarnya semangat
"gih lo yang jadian aja" sahutku sambil kembali berkutat dengan laptopku
"dia kan sukanya sama lo" ucap Citra
"Cit, lo tau gak yang pertama kali lo kenalin gue ke kak Juna di caffe tempat kerja gue?" tanyaku mengingatkan
Citra berfikir sejenak ".. Iya, inget gue.. Kenapa??" tanyanya mulai penasaran
"dia denger semua omongan gue tentang dia ternyata, tadi dia ngomong'' aduku
"demi apa??? trus .. trus reaksi dia gimana?? marah ? kesel ? sempet cekcok gitu dong tadi? lo tau kan komentar lo itu mengandung pandangan negatif semua" Citra bereaksi seperti biasa, berlebihan !
"justru reaksi dia sebaliknya Cit, dia membenarkan ucapan gue dan ada beberapa hal lah yang dia protes" jawabku
"lah???" Citra terlihat bingung
"bener kan apa kata gue, dia itu berbahaya" ucapku semangat karena berhasil memberikan bukti akan argumenku selama ini
"mungkin aja dia emang gak sensitif Nad, lagian itukan bukan masalah bsar juga nad" Citra masih seperti biasa tak mau kalah. Lebih baik aku mengakhiri pembicaraan ini dan kembali pada laporanku. Citra bertanya akan laporan yang aku kerjakan, tapi otakku bukan fokus kesitu lagi.
Aku masih tak menyangka ekspresi itu, reaksi itu ! Entah aku yang membesar-besarkan tapi aku benar-benar merasa akan ada hal buruk jika aku terus berhubungan dengannya. Aku harus mencari cara agar lepas dari permainannya.
*****
"assalamulaikum, aku pulang" ucapku memberi salam masuk ke dalam rumah
"kak, daebak !!!!" sambut adik perempuanku yang sekarang sudah duduk di bangku kls 2 SMA, dia sangat gemar drama korea sehigga terkadang dia membawa kosakata ringan ke dalam percakapan sehari-hari. Walaupun kami sudah jatuh miskin dari 4 tahun yang lalu tapi gaya anak satu ini masih belum berubah, masih terlihat banyak gaya.
"orang ngucapin salam itu di jawab.." tegurku
"hehe waalaikumsalam, kak ini bener-bener luar biasa'' ulangnya lagi
"apa?" tanyaku sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil air putih
"usaha Papah kak, usaha Papah masuk artikel media online" ucapnya girang, aku sejenak menghentikan gelas yang sudah di depan mulutku sedetik kemudian aku melanjutkan keinginanku untuk minum.
"kamu yakin itu usaha Papah?" tanyaku memastikan setelah selesai minum
"yakin lah kak, orang foto papah di pajang gitu, masa iya Safira bohong" jawabnya "sini kak, kakak harus ikut berbahagia di ruang keluarga, semua lagi disitu" tambahnya sambil menarik-narik tanganku
"Fira, gak usah tarik-tarik kakak bisa jalan sendiri" kometarku, tapi dia tetap menarikku sampai ke tempat yang dia ingin. Aku melihat Mamah sedang melipat pakaian dan Papah bersama Danis adik laki-lakiku sedang membuka laptop.
"loh kamu udah pulang?" tanya mamah "udah makan belum? di tudung ada lauk, sayuran ada di panci" ucap Mamah memberitauku
"iya, nanti aku makan mah" jawabku "mah, emang bener usaha furniture papah masuk artikel media online?" tanyaku
"iya Nad, keren kan ! ini gue sama papah lagi baca artikelnya" jawab Ardaniswara adik laki-lakiku yang sekarang kelas 3 SMA, anak satu ini sudah tumbuh menjadi seorang laki-laki tampan yang banyak di gandrungi para wanita. Dan dari dulu seperti inilah gaya bahasanya, memanggilku dengan sebutan nama dan gue-lo. Padahal sudah sering dia di marahi mamah akan kebiasaannya itu tapi dia bilang dengan panggilan itu dia merasa lebih akrab dengaku, yah aku sih memang tidak terlalu mempermasalhkan hal itu.
"kamu itu bicara yang sopan sama kakak sediri" tegur Papah
"Pah, memangnya gapapa bisnis furniture lagi?" tanyaku khawatir, pasalnya usaha papah yang bangkrut itu adalah usaha yang sama seperti sekarang. Dari awal Papah mau memulai usaha ini aku sebenarnya sudah tidak setuju, aku takut hal buruk akan terjadi lagi.
"Gapapa lah, lagi pula jatuh bangun dalam bisnis itu biasa dan keahlian Papah ya dibiidang ini, jadi kenapa harus di sia-siakan" jawab Papah
"lagian ya Nad, karyawan kita juga sekarang harus di tambah di toko belum lagi Papah mau buka dua cabang lagi di Surabaya sama Jojga" sahut Danis bangga
"yah wajar aja sih, Papah udah merintis dari nol lagi sejak 4 tahun yang lalu kan jadi ya cahaya terang perlahan juga pasti bakal muncul" komentarku
"Oenni !! Oenni jeongmal seongsug" ucap Safira memelukku
"wuah, apalagi itu artinya?" tanya Danis, Papah dan Mamah tertawa mendengar Safira berbicara ala-ala korea. Mereka selalu tertawa lebih tepatnya setiap hal ini terjadi.
"biar kakak tebak, artinya itu pasti : Kakak, kakak kamu sangat dewasa, bener gak??'' tanyaku tersenyum
"omoo, daebak !!! kok tau sih kak?" tanyanya takjub
Aku tertawa sambil melihat Mamah, Papah dan Danis "emm, aku baca buku kosakata kamu dan nonton sedikit drama biasmu itu" jawabku
"jeongmal? jadi, ada yang kecantol gak kak bias nya???" tanyanya tersenyum penuh arti
"emm, kakak suka Chanyeol EXO" jawabku
"Horeee !!!" teriaknya girang "selera kak Nadia benar-benar hebat kak, kita satu selera, pokonya kalo kakak berniat tau info apapun tetang Chan, tentang EXO, kakak bisa konsultasi ke aku" tawarnya semangat
"yah, sayangnya kakak banyak laporan yang harus di koreksi" tolakku sok sedih
"tuh Fira, kamu tuh contoh kakak mu itu, dari SMA langsung mulai kerja bantu Papah Mamah, kuliah dari beasiswa, beli apa-apa pake uang sendiri, pinter jadi asisten dosen" tegur Papahku
"adikku juga pinter kok, pinter ngehayalin Bias nya" kometarku sambil memeluknya
"dia bener-bener kakakku tercintaa" jawab Safira
Kami semua tertawa, sampai handphone ku berbunyi aku pamit untuk ke kamar mengangkat telfon.
"jangan lupa makan" pesan Mamah, aku mengangguk dan berjalan masuk ke kamar sambil mengangkat telfon
"kenapa Cit?" tanyaku sambil merebahkan diri di kasur
"gue liat artikel usaha Bokap lo, selamat ya Nad" ucapnya girang dari ujung telfon sana
"haha, makasih Cit, tapi gak tau deh gue masi bingung takut kejadian lagi hal buruk itu" ucapku ragu
"enggaklah, satu kejadian bikin kita belajar Nad, pokoknya jangan ragus, gue selalu support lo, yaudah istirahat, byeee cantk" jawab Citra
"haha makasih Cit, byee" sahutku lalu sambungan telfon terputus
Aku memejamkan mataku, aku harap apa yang semua orang bilang benar. Aku harap ini adalah awal yang baik untuk mulai beranjak ke atas secara perlahan.
