Sebuah Luapan Hati 1
Aku sudah berdiri dari 30 menit yang lalu, menanti sebuah Bus yang akan mengantarku menuju kampusku. Sudah ada dua Bus yang lewat tapi semuanya terlalu penuh, aku harus duduk setidaknya, agar penampilanku tidak seberapa buruk, dan sepertinya sekarang waktu yang tepat.
Sebuah Bus sudah berhenti di hadapanku, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini tentunya, aku langsung melompat ke dalam Bus dan...
Bingoo !!!
Aku mendapatkan tempat duduk. Setiap hari seperti ini, mencoba hidup mandiri, kuliah dari hasil beasiswa, berpakaian seadanya, bekerja setelah pulang kuliah, semua harus aku lakukan. Awalnya tidak seperti ini, semua menjadi seperti ini setelah Papah bangkrut.
Tak perlu aku ceritakan hal memalukan itu, yang kalian harus tau semua pasti akan melalui masa-masa sulit. Anggap saja, aku sekarang sedang melewati masa-masa itu dan mencoba untuk bangkit, aku yakin suatu saat posisi ini akan berlalu dan aku akan berputar menjadi roda yang di atas.
30 menit perjalanan menggunakan Bus telah berlalu, aku turun dan masuk ke dalam kampus menuju kelasku, tapi seperti biasa akan ada orang-orang yang mengganguku setiap aku ingin masuk ke kelas !
"hey Nadia, baru dateng ya? Duh kesian, lepek tuh rambutnya pasti abis naik Bus" ejek Anggi dan teman-temannya
Anggia Saputri ketua genk yang merasa dirinya paling populer disertai dua dayangnya Hesti dan Putri adalah biang dari semua masalah dalam hidupku ! Hal ini sudah biasa setiap harinya, tapi aku tidak pernah terbiasa dengan semua ini. Rasanya ingin aku tarik rambut hasil smoothingnya itu lalu aku injak sepatu yang selalu dia banggakan berharga puluhan juta.
"minggir gue mau lewat" sahutku di depan ketiga perempuan centil itu
"ish, galak amat si" ucap Hesti mengejek
Tanpa memperdulikan ucapan dan ejekan mereka aku langsung menerobos masuk ke dalam kelas
"woy, kasar banget sih !" bentak Anggia, aku tidak perduli dan tetap jalan meuju tempat dudukku.
"pasti di gangguin lagi ya?" tanya Citra yang duduk di sampingku, bisa dibilang Citra adalah orang terdekatku di kampus.
Awalnya gak gini, awalnya hidupku tenang-tenang aja dan damai kuliah disini. Semua bermula karena Tomi ! Tomi adalah senior kelas kakap yang gak bisa dibanggain sama sekali, dia gak punya prestasi apapun, tapi dimulai dengan tabrakan jus jeruk tanpa sengaja di kantin dari situ Tomi mulai sering menggangguku. Dia memang punya wajah yang tampan, tapi apa arti sebuah wajah tampan jika otaknya kosong ???
Dari awal aku tidak pernah minat untuk mengikuti permainannya, aku tau berhubungan dengan orang seperti itu pasti hanya akan membuang waktuku. Aku yakin 90% waktu mereka akan dihabiskan dengan hangout sana-sini, belanja sana-sini, hahahihi yang bagi mereka adalah sebuah kebahagiaan. Aku sudah melewati fase itu dan sekarang rodaku sedang dibawah, di sinilah aku banyak belajar dan paham apa sebenarnya usaha dan proses itu.
Ketika Tomi mendekatiku saat itulah Anggia marah padaku, dia meng klaim jika Tomi adalah gebetannya, padahal sudah aku jelaskan berkali-kali bahwa aku ini tidak tertarik sama sekali dengan Tomi tapi dia tetap bersikukuh menyalahkanku dan puncaknya saat Tomi menembakku di depan semua orang, disaat itulah bendera permusuhan di gelar oleh Anggia. Dia mulai mencari tau latar belakangku, pekerjaanku, rumahku, semua tentangku dia usik dan dengan penolakan ku terhadap Tomi, sekarang aku dikenal sebagai junior sok kecantikan.
Awalnya aku sangat tertekan dengan semua ini, aku rasanya mau mati saja setiap hari selalu di ganggu, di ejek dan di sindir ! Hidupku seperti tidak ada ketenangan sama sekali. Aku ingin berhenti kuliah, pindah jurusan atau pindah universitas rasanya, tapi mendapatkan beasiswa lagi itu sangatlah sulit. Aku punya orangtua yang menaruh harapan besar kepadaku, jadi keadaan ini memaksaku, keadaan ini mengajakku untuk berjalan menghadapinya, bukan berlari melewatinya.
Tapi semester ini dan lalu aku sudah mulai terbiasa, aku sudah mulai mempunyai teman yang akhirnya mau melihatku, melihat apa sebenarnya arti pertemanan. Kita punya hobi yang sama, selera musik yang sama tapi jenis minuman yang berbeda haha.
"Nad, makalah tentang dasar-dasarproteksi tanaman udah?" tanya Citra
"sedikit lagi, tinggal kesimpulan, kenapa?" tanyaku
"gue ada yang gak ngerti nanti tanya ya? kita kerjain bareng di caffe tempat lo kerja gimana?"
"gue kerja lama tapi Nad, gue pasti hampir gak bisa duduk nemenin lo, dan lo juga pasti bayar banyak karena bakal duduk berjam-jam" aku mencoba menjelaskan, sebenarnya ini sudah biasa tapi tetap saja aku tidak pernah terbiasa.
"ish, kaya baru temenan kemaren aja, santai.. Yang penting gue bakal pesen sambil tanya hal-hal yang gak gue ngerti jadi bos lo juga gak bakal marah, gimana?" tanyanya
"emm, oke kalo gitu" jawabku mengiyakan "yaudah kita baca materi kemaren dulu, sebelum dosen masuk biar kuis nanti bisa" ajakku
"siap sayangsss"
****
Piring dan gelas kotor sudah di cuci, nyapu sudah, ngepel juga sudah, dan belum ada pelanggan yang baru datang juga jadi aku bisa menghampiri Citra yang sekarang sedang berkutat dengan laptopnya.
"Cit, sorry ya lama.." ucapku saat menghampiri Citra
"iya gak papa Nad, ini juga udah mau selesai kok, gue tadi liat contoh makalah lo jadi lebih mudah gitu ngerjainnya" sahut Citra tersenyum padaku "kerjaan lo udah beres?" tanyanya
"udah kok, tinggal kalo ada yang mau pesen aja gue harus ke kasir lagi, akhir-akhir ini gue suka ngantuk di kelas karena di sini sampe jam 9 malem, belum lagi ngerjain maklah dan ngoreksi laporan mahasiswa semester II, rasanya kepala gue mau pecah Citra" keluhku, aku memang juga bekerja menjadi asdos di jurusan Agronomi dan Hortikultura, itupun aku gak nyangka bakal keterima dan gaji nya sangat lumayan untuk membantu perekonomian dan uang jajan.
"tuh kan, kata gue juga apa kerja di kantor bokap aja ya? lo kan itung-itungan nya juga jago Nad, lo bisa bantu urusan yang berhubungan dengan itung-itungan disana" ucap Citra, aku tersenyum setiap dia menawarkan hal ini, terlihat sangat tulus dan membuatku sadar bahwa pertemanan itu ada.
"gak usah Cit, lagian gue cuma mau curhat aja kok" tolakku tersenyum
kringgg...
bunyi bel terdengar, tanda ada pelanggan masuk ke dalam caffe, aku segera bangkit hendak menuju kasir sampai Citra memanggil pelanggan itu dan menghentikan langkahku.
"Kak Juna.." panggil Citra "bener kan kak Juna?" tanya Citra lagi
Orang yang dipanggil Juna itu menengok dan tersenyum, dia berjalan menghampiri meja tempat Citra duduk dan tempatku berdiri.
"Tuh kan bener kak Juna, kak Juna apa kabar ? kapan pulang ke sini?" tanya Citra, sepertinya Citra kenal dekat dengan orang ini
"kemaren, kamu apa kabar?" tanyanya
"aku juga baik, eh kak kenalin ini sahabat aku.." Citra mengajakku untuk berkenalan dengan orang yang ada di depanku.
"Nad, kenalin ini kak Juna, anaknya temen Papah, dia tadinya senior di kampus kita tapi ngelanjut kuliah di luar negri karena beasiswa dan sekarang udah balik ke Indo lagi" jelas Citra, wajah tampan, kaya, pintar??? Dunia memang tidak adil ternyata.
"lengkap amat" ledeknya ".. Arjuna" ucapnya menyodorkan tangannya padaku
"Nadia.." balasku menyambut tangannya
"kak, Nadia ini sahabat aku, dia pinter banget, dia kuliah dari hasil beasiswa, asdos juga, trus nilainya kak.." belum selesai si Citra menjabarkanku aku sudah terlebih dahulu menginjak kakinya
"aww" keluh Citra "kenapa sih?" tanyanya padaku
"jangan kaya lagi promosi kueh dong" ucapku pelan, sangat pelan bahkan.
"mau pesan apa kak? mau liat menu di kasir dulu atau mau pesan disini aja?" tanyanku mengalihkan pembicaraan
"oh, pesen disini aja cappucino satu ya, dibawa pulang" jawabnya tersenyum, aku mengangguk dan berjalan meninggalkan mereka berdua yang meneruskan perbincangan.
10 menit kemudian aku datang membawa 1 cangkir cappucino, dia memberikan uang pas lalu pamit pergi dari hadapan kami berdua.
"ganteng kan Nad ?" tanya Citra menggoda
"yah boleh lah" komentarku
"ih, kok kaya gak respek gitu? dia pinter loh, gak kaya Tomi yang cuma modal tampang Nad" ucap Citra kesal
"tapi dia kelewat sempuran Cit, gue gak minat sama cowo beda alam gitu, keliatan dia kaya dari lahir dan sampe sekarang jadi susah lah buat ngajak dia memandang luas dunia, mungkin dia bisa berkata bijak tapi belum tentu ketika dia melewatinya dia bakal begitu. Cowo kaya gitu terlalu bahaya, pasti banyak yang suka ya walaupun belum tentu dia juga suka sama gue, pokoknya banyak pertimbangan deh" komentarku
"deuh, iya deh iya, ada aja komentarnya yang bikin gue gak bisa jawab" keluh Citra, aku tertawa mendengarnya
"Citra.." panggil seseorang yang ternyata adalah Kak Juna !!!
"hah, kenapa kak?" tanya Citra kaget
"jangan bilang ayah kamu kalo kakak udah sampe ya, mau istrahat dulu nanti langsung disuruh kerumah lagi" ucapnya sambil tersenyum
"oh, siap kak" jawab Citra
"Cit, dia dari tadi belum balik? dia denger gak apa yang gue omongin tadi..." ucapku pelan plus panik pada Citra
"gue juga kaget !! tenang, dia gak denger kok" jawab Citra ".. Nad, lo tuh sebenernya banyak yang naksir tau, tapi pada minder gitu soalnya lo cuek banget" komentar Citra
"ish, udah ah ngomongin cowonya mending kita diskusi laporan ini aja" ajakku
"iya deh iya" jawab Citra pasrah
Aku bukannya menolak mereka yang punya perasaan padaku, aku hanya belum siap. Aku belum siap menghadapi kebohongan yang akan terjadi ketika suatu keadaan yang berbalik.
